Siaran Pers
No. 71 /HK-X/2007
Tokyo, Belakangan ini, sering terdengar kabar mengenai kurang baiknya hubungan antardua negara tetangga, Indonesia dan Malaysia. Pihak Malaysia, seperti diberitakan di media massa, berlaku kurang baik terhadap saudaranya dari Indonesia. Wasit karate Indonesia sempat masuk rumah sakit, lantaran dipukuli sejumlah petugas kepolisian Malaysia, hanya karena sang wasit dicurigai sebagai pendatang ilegal. Demikian pula, istri diplomat dari Kedutaan Besar RI di Malaysia, sempat ditahan. Lagi-lagi disangka sebagai pendatang ilegal.
Belum lagi pemberitaan mengenai sejumlah tenaga kerja wanita asal Indonesia yang disiksa majikannya di Malaysia. Pun demikian dengan beberapa karya seni, seperti batik dan lagu Rasa Sayange yang dijadikan promosi pariwisata Malaysia. Ah, gara-gara semua itu, persahabatan antara dua negara menjadi terganggu.
Secara jujur, sebagai warga negara Indonesia, penulis juga terusik dengan hal-hal tersebut. Bagaimana pun, kecintaan penulis sebagai warga Republik Indonesia, membuat penulis menjadi kurang senang dengan sejumlah hal tersebut. Namun secara pribadi, persahabatan penulis dengan beberapa rekan dari Malaysia, tetap terjalin dengan baik.
Salah satunya dengan para pengakap, sebutan untuk pramuka, di Malaysia. Sudah sejak lama penulis berkenalan dan bersahabat dengan rekan-rekan Persekutuan Pengakap Malaysia (PPM). Persahabatan yang semakin kental sejak penulis sebagai anggota Gerakan Pramuka mengikuti lokakarya kehumasan kepanduan Asia-Pasifik bertajuk Asia-Pacific Region (APR) Workshop on Public Relations, yang diadakan di Hotel Nikko, Kuala Lumpur, Malaysia, pada Agustus 1997.
Saat itu, penulis berkenalan dengan Ketua Subkomite Public Relations Kepanduan Asia-Pasifik, Ku Bahadur bin Ku Baharum, yang berasal dari Malaysia. Penulis juga berkenalan dengan sejumlah tokoh PPM, seperti Eric Khoo yang kemudian menjadi Ketua Komite Kepanduan Asia-Pasifik masa bakti 2004-2007. Lalu ada juga Dato' Kaharudin bin Momin, Geoffrey Teo, Radzwan bin Hussain, Dr Mukhyuddin bin Sarwani, dan banyak lagi.
Semuanya merupakan sahabat yang menyenangkan. Lebih dari itu, semuanya adalah saudara dalam dunia kepanduan, sebagaimana seorang pandu harus selalu menjiwai semangat persaudaraan (brotherhood) antarpandu dan sesama manusia, tanpa memandang latar belakang suku, agama, ras, dan antargolongan.
Sejak saat itu, penulis beberapa kali mengikuti kegiatan kepanduan di Malaysia. Pada 2000 misalnya, penulis menjadi peserta APR Public Relations-Information Technology Workshop di Kuching, Sarawak, Malaysia. Penulis masih mengenang, Geoffrey Teo yang memang berasal dari Sarawak dibantu teman-temannya, membuat semua peserta mendapat kenangan indah seusai acara itu. Di samping mengikuti lokarya, hampir setiap kesempatan, peserta selalu diundang mengikuti jamuan makan yang selalu lezat dan mengenyangkan. Belum lagi kunjungan ke objek wisata melihat aktivitas "orang asli' dan kebudayaan setempat di sana.
Belakangan, penulis sempat pula berkenalan dengan Ketua Pengakap Negara Dato' Seri Dr Haji Shaife bin Haji Mohd Salleh dan Ketua Pesuruhjaya Pengakap Negara Dato' Haji Kamarudin bin Haji Kachar. Walaupun keduanya merupakan tokoh penting, namun selalu ramah pada siapa pun. Dato' Haji Kamarudin bin Haji Kachar yang akrab dipanggil dengan Dato' KK bahkan sering menyampaikan anekdot-anekdot lucu yang menghibur. Dato' KK juga terampil memainkan biola, dan tak segan memainkan lagu untuk menghibur para pandu lainnya. Penulis bahkan pernah berkunjung ke rumah Dato' KK di Malaysia, yang disambut dengan tangan terbuka dan makan malam yang menyenangkan. Di Jakarta, penulis juga pernah berkunjung ke rumah anak dari Dato' KK yang kebetulan bekerja di Jakarta. Di situ pun penulis disambut hangat.
Di luar mereka, penulis perlu menyebut secara khusus Radzwan bin Hussain. Kak Radzwan, begitu penulis memanggilnya, menjadi sahabat akrab penulis. Istri penulis bahkan sempat diundang menginap di rumahnya, yang disambut hangat oleh istri Kak Radzwan. Anak perempuan dan cucu Kak Radzwan, bahkan berteman akrab dengan istri penulis.
Setiap kali Kak Radzwan dan istri ke Jakarta, penulis dan istri berusaha menyempatkan diri menemui mereka. Demikian pula ketika penulis dan istri ke Kuala Lumpur, Kak Radzwan dan istri bahkan dengan senang hati menjemput langsung ke Bandar Udara KLIA.
Begitulah, persahabatan dan persaudaraan penulis dengan sesama pandu dari PPM. Sebagai pandu, kami memang selalu bersahabat. A scout is a brother to others, begitu janji pandu. Maka ketika penulis berkesempatan mengikuti Konferensi Kepanduan Asia-Pasifik ke-22 di Tokyo, Jepang, sungguh berbahagia bisa bertemu dengan sahabat-sahabat dari PPM.
Tak heran pula, penulis dan juga seluruh anggota delegasi Gerakan Pramuka, mendukung penuh keinginan PPM untuk menjadi tuan rumah Konferensi Kepanduan Asia-Pasifik ke-23 yang akan diadakan di Kuala Lumpur, pada 2009. Good luck Persekutuan Pengakap Malaysia! Berthold DH. Sinaulan, Pb. Annas
Jakarta, 24 Oktober 2006
Informasi lebih lanjut hubungi :
1. Karo Abddimas dan Humas, Septembri Yanti, 021-3507645, pst 2209
2. Kabag Humas, Saiko Damai, 0813-1076900, E-mail: saiko_damai@yahoo.com
3. E-mail Kwarnas: kwarnas@pramuka.or.id, dan kwarnas@centrin.net.id
ORANGES 2016 LOGO
OC 2012
Gilwell Park
Kamis, 08 November 2007
Good Luck Persekutuan Pengakap Malaysia!
Diposting oleh Bimox Scout di 03.54
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar dari Anda sangat berarti bagi saya